Skip to main content

Posts

Delta Api Bali dalam Pemetaan Tiga Desa di Karangasem

Oleh Goldyna Rarasari   Pemetaan Partisipatif pada prinsipnya sama dengan pemetaan pada umumnya yang sering dilakukan oleh instansi pemerintah. Perbedaannya adalah pelaksana dari pemetaan tersebut, pada pemetaan partisipatif dalam pengukurannya diikuti oleh banyak anggota suatu komunitas masyarakat, yang pada praktek pemetaan biasa dapat dilaksanakan 2 orang saja. Perbedaan yang lain adalah tentang tema, masyarakat akan menentukan sendiri tentang tema yang dianggap penting. Tema yang mungkin berbeda dengan peta biasa misalnya adalah: batas tanah adat/desa, tempat-tempat suci, tempat-tempat pemancingan dll (DAI, 2007). Prinsip partisipatif adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program baik dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian dari pemetaan partisipatif. Masyarakat memiliki hak atas ruang karena masyarakat mengetahui potensi/kekayaan sumberdaya alam dan permasalahnnya sehingga penting bagi masyarakat untuk mengakomodir peta m
Recent posts

Lima Hari Awal Cerita Delta Api Bali

Oleh : Ni Putu Ary Pratiwi Hari Pertama Kegiatan bertajuk “Lokalatih Pemetaan Partisipatif dan EVC (Delta Api) Sebagai Starting Point untuk Menjungkit Agenda Pembaharuan dan Perubahan Sukma ++ Secara Masif” dilaksanakan di Balai Banjar Mekarsari, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana. Kegiatan ini berlangsung selama 5 hari mulai 19 hingga 23 Desember 2013 dengan 35 orang peserta yang hadir pada hari pertama. Sedangkan peserta pelatihan pun merupakan pemuda yang berjumlah 15 orang yang berasal dari berbagai latar belakang. Turut hadir dalam acara pembukaan di hari pertama yaitu, Camat Jembrana dan Perbekel Desa Perancak sekaligus membuka acara. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Koalisi SUKMA+, didukung oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Samdhana Institute bekerjasama dengan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) dan Santiri Foundation. Untuk wilayah Bali, dilaksanakan oleh Simpul Bali (Yayasan Wisnu). Sejak tahun 2010, Yayasan Wisnu bersama LSM lainnya di Ba

Survei Jenis Mangrove Perancak dan Budeng

Oleh : Komang Widiadnyana Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup alami secara umum disekitar muara dan pesisir pantai. Tumbuhan ini identik dengan wilayah pasang surut air laut, dan sejauh ini menurut Noor,  et al  (2006) di Indonesia tercatat setidaknya terdapat 202 jenis mangrove, dan 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati ( true mangrove ). Hutan mangrove di Indonesia, secara langsung merupakan suatu komunitas di ekosistem yang membantu perekonomian masyarakat untuk mencari nafkah, karena merupakan tempat hidup ikan-ikan ekonomis penting seperti bandeng ( Chanos chanos ), kakap ( Lates sp. ), dan kerapu ( Lutjanus sp .) serta jenis krustasea seperti kepiting bakau ( Scylla serrata ) dan udang-udangan. Seiiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kondisi sosial-ekonomi masyarakat telah mulai mengalami perubahan. Hal ini disebabkan kepadatan penduduk telah mendekati bahkan melampui tingkat keseimbangan rasio yang normal ant

Pemetaan Partisipatif di Desa Budeng

Oleh : Diah Fransiska Dewi Komunitas Delta Api adalah komunitas yang bergerak di bidang pemetaan, pelatihan tata kelola pengetahuan, survei mangrove dan kegiatan sosial lainnya. Delta Api Bali beranggotakan para pemuda dan pemudi yang telah melakukan kegiatan pemetaan partisipatif di 3 desa pesisir di Kabupaten Jembrana. Salah satunya adalah Desa Budeng.  Desa Budeng merupakan desa kecil dengan luas 368,7 ha. Dihuni sekitar 1.818 jiwa. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Dauhwaru, sebelah barat dengan Kelurahan Loloan Timur, sebelah timur dengan Kelurahan Sangkaragung dan sebelah selatan dengan Desa Perancak.  Pemetaan di Desa Budeng dilaksanakan pada Bulan Mei 2014. Kegiatan ini memakan waktu kurang lebih 1 minggu. Dimulai dengan pembukaan, pengenalan sarana prasarana, dan pelatihan dasar. Pemetaan dibagi menjadi 2 tim. Tim pertama adalah tim sosial. Tim ini mencari dan membahas data2 sosial di Desa Budeng. Sedangkan tim kedua adalah tim spatial, yang bertugas unt

Delta Api Bali, Berawal dari Lokalatih

Oleh : Ni Putu Ary Pratiwi Spanduk berukuran 3 x 1 meter membentang di Balai Banjar Mekarsari, Desa Perancak. Menjadi saksi kegiatan lokalatih yang berlangsung selama 5 hari. Dimulai dari 19 Desember 2013 hingga 23 Desember 2013. Disinilah Delta Api Bali berawal. Kegiatan yang bernama Lokalatih Pengembangan Model Desa Ekologis Adaptif Perubahan Iklim melalui Pengelolaan Sumberdaya Alam di Desa Perancak, Bali diikuti oleh 15 para pemuda. Pemuda yang berasal dari beraneka ragam latar belakang ini nantinya akan menjadi tim inti dalam penerapan konsep Eco-Climate Village (ECV) yang terintegrasi dengan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). “Yang paling utama dari PDPT adalah tahapannya melakukan pelatihan kepada masyarakat. Maka masyarakat perlu disiapkan terutama peran generasi muda. One person can make different,” ujar Eko Rudianto, Direktur Pesisir dan Lautan Kementrian Kelautan dan Perikanan. Delta Api menjadi salah satu program unggulan dari SUKMA++ (Sunda Ke